Bianca Manusia Android
Prolog:
Tahun 2075 teknologi
di bumi sudah sangat canggih, manusia hidup berdampingan dengan robot berbasis
android. Android dianggap lebih efektif digunakan untuk bekerja, sehingga banyak
manusia kehilangan mata pencaharian. Manusia yang kehilangan pekerjaan menolak
kehadiran androbot sebutan untuk robot android, sedangkan manusia yang memiliki
pekerjaan dan gaji yang tinggi tidak mempermasalahkan dan malah membeli
androbot untuk membantu pekerjaan mereka.
Androbot diciptakan
untuk mematuhi perintah tuannya, jika melanggar maka androbot tersebut dianggap
rusak lalu dibuang ke pembuangan tempat androbot dihancurkan. Lalu diganti
dengan androbot yang baru. Jika ada androbot yang rusak lalu kabur dari rumah
tuannya, androbot tersebut akan dimasukkan ke daftar pencarian polisi robot (Polibot).
Gambar Iluustrasi sumber google |
B I A N C A
Senin 31 Januari 2075
pukul 15:35 di Aceh Market Center.
Aku membuka mata,
melihat sekeliling. Di depanku ada seorang ibu menggandeng anaknya. “ibu.. aku mau yang ini” anak itu
berkata sambil menunjuk ke arahku. “jangan yang ini,
kita beli yang itu saja” ibunya menunjuk ke samping
kiriku. Aku menoleh ke sebelah kiri, aku melihat sebuah androbot laki-laki yang
berdiri tegak, muka datar dan melihat lurus ke depan. Oh,, aku mengerti, aku
adalah sebuah robot yang dipajang untuk dijual sama seperti robot di samping
kiriku. Tepat didepanku ada sebuah cermin besar, badanku seperti badan manusia,
bahkan penciptaku membuat rambut juga untukku, rambutku hitam kecoklatan,
mataku biru muda, dan wajahku berkulit manusia dan badanku besi robot.
Suara motor terus
berdengung dipendengaranku, beberapa kali klakson mobil juga terdengar karena
macetnya jalan pasar Aceh sore hari. Tiba-tiba datang seorang laki-laki paruh
baya berdiri di depanku, ia didatangi seorang laki-laki muda penjaga toko,
bagaimana pak? Tertarik dengan yang ini? Sambil menunjuk ke arahku, “aku sedang mencari androbot perempuan yang bisa menjaga
gadis kecilku”
“Tentu saja bisa, androbot ini
keluaran terbaru dengan teknologi canggih dan mutakhir” pungkasnya.
Berapa harganya
tanya pria paruh baya tersebut, Android LTF-1522 penjaga toko bergumam,
harganya 98 juta rupiah, apakah Anda tertarik membelinya pak? Tanya penjaga
toko
Baiklah, aku beli
yang ini. Setelah pembayaran selesai, penjaga toko bertanya, “apakah
Anda sudah menyiapkan nama untuknya pak?”
Sudah, gadis kecilku
sudah memberikan nama untuknya. Androbot LTF-1522 konfirmasi nama barumu, lalu
laki-laki paruh baya itu berdiri didepanku dan ia berkata, “BIANCA” nama baru dikonfirmasi, “halo
namaku bianca” aku menyapa laki-laki paruh baya dan
pekerja toko dengan suara robotku.
Setelah semua selesai, aku dibawa pulang oleh laki-laki tersebut kerumahnya, sesampai didepan pintu, dia memanggil anaknya “aya kemarilah, lihat apa yang ayah bawakan
untukmu” aya pun lari dengan cepat kehadapan ayahnya, “ayah, apakah yang engkau bawakan itu bianca?” “ya sayang, ini bianca yang kamu inginkan”.
“Haloo aya, namaku Bianca”, aku menyapa aya dengan senyum ala robotku, lalu laki-laki
paruh baya berkata “Bianca pekerjaanmu dirumah ini
mencuci, menyapu, memasak, seperti pekerjaan rumah biasanya, dan terpenting
kamu harus menjaga Aya” baik Tuan saahutku sambil
mengangguk patuh pada perintah.
Hari-hariku terus
seperti itu kedekatanku dengan aya terus terjalin sehingga kami sudah seperti
teman baik, ternyata ayah aya adalah seorang pemabuk, setelah pulang kerja dia
sibuk dalam kamarnya. Saat aku sedang beres-beres, aku melihat secarik kertas
putih yang menarik perhatianku, setelah membacanya ternyata kertas itu adalah
struk pembelian androbot, aku baru tahu kalau laki-laki paruh baya itu membeliku
tidak secara lunas, melainkan kredit.
Aku melanjutkan
pekerjaan rumah saat aku turun ke lantai bawah aku melihat laki-laki paruh baya
sedang duduk di sofa berwarna merah sambil menonton televisi dengan botol
minuman keras ditangan kirinya.
Tiba-tiba, aya
berlari menuju laki-laki paruh baya itu bergelendot manja pada sang ayah. Tidak
seperti biasanya, sang ayah marah dan mendorong aya sampai tersungkur ke
lantai, reflek akupun langsung berlari ke arah aya untuk membantunya berdiri,
lalu laki-laki paruh baya itu berkata “Bianca, diam kau
ditempat” aku bingung harus bagaimana, aku ingin
membantu aya, tapi jika aku melawan perintah aku akan dianggap rusak.
Tapi aku memutuskan
untuk melawan perintah, laki-laki paruh baya sedang memecahkan botol minuman
kerasnya dan mengarahkakn ke arah aya. Aku langsung mengambil aya dan
menggendongnya “bianca beraninya kau melawan
perintahku, aku bersusah payah mencari uang agar bisa melunasimu, tapi kau
tidak tahu berterimakasih”
Laki-laki itu
mengambil HP nya dan menelepon polisi, aku bergegas lari dan aya masih dalam
gendonganku. Malam semakin larut suasana kota kian sepi, kami tidak tahu harus
lari kemana, aku melihat setumpuk kardus berada di trotoar dan membiarkan aya
tertidur pulas. Keesokan harinya aku dan aya berjalan di atas rel kereta api,
aku melihat dua orang laki-laki berlari ke arah kami. Ketika mereka semakin
dekat, aku mengenali dua orang berlari itu, rupanya laki-laki paruh baya dan
polisi. “Bianca maafkan aku soal semalam, aku sangat
sayang kepada aya, biarkan aku tinggal bersama gadis kecilku, semala aku dalam
keadaan mabuk” kata laki-laki itu sambil menatap mataku
yang berwarna biru muda.
Aku tidak bisa
menahan aya bersamaku, polisi akan terus melacak dan mengejar kemana pun aku
pergi, ini karena chip GPS yang ada pada dadaku.
Tangan ku diborgol
dan dimasukkan paksa kedalam mobil polisi, aku hanya bisa melihat gadis kecil
dibawa oleh ayahnya sambil berteriak Biancaaa... Biancaaa... Biancaaa...
pipinya basah, matanya merah, suara itu terdengar semakin menjauh.
Aku dibawa jauh ke Lamteuba,
tempat pembuangan sampah terakhir, Aiden aku membaca nama di dada kanan
polibot, aku akan dihancurkan di tempat pembuangan ini, aku melihat bangkai
android yang sudah menggunung , aku tertunduk dengan tangan terborgol, aiden
berkata nasibku akan seperti ini, menjadi gunungan bangkai.
“Tapi... apakah aku harus mati dan
dihancurkan?????”
Bersambung
ke part II
Penulis: Sahara Geubrina Riski, Kelas IX-D
Posting Komentar